Page

Sabtu, 30 Juni 2012

Bagaimanakah Cara Bertaubat

Pertanyaan:

Assalamu’laikum Warahmatullah Wabarakatuh

Apa syarat diterimanya taubat? Bagaimana caranya kita benar-benar menyesali dosa yang pernah diperbuat agar bisa bertobat dengan sungguh-sungguh?
Jazaakumullah khairan

Abu annas
Alamat: jakarta
Email: annaz_kuc***@yahoo.com

Ustadz Kholid Menjawab :
Agar bertaubat dapat sungguh-sungguh dan diterima Allah maka dibutuhkan syarat. Para ulama menjelaskan syarat- syarat taubat yaitu:
1. Islam, tidak sah taubat dari dosa dan kemaksiatan kecuali dari seorang muslim, sebab taubatnya orang kafir adalah masuk islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:

وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً

“Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (Qs. An Nisaa:18)

Kamis, 28 Juni 2012

Bersemilah Ramadhan

Wahai Engkau yang tidak cukup melakukan dosa pada Rajab
Lalu Engkau sambung kembali pada bulan Sya’ban
Telah datang bulan puasa kepadamu setelah keduanya
Janganlah Engkau jadikan lagi bulan itu bulan dosa
Bacalah Al Quran dan bersungguhlah dalam bertasbih
Karena bulan itu bulan Al Quran dan tasbih
Berapa banyak yang engkau kenal mereka yang berpuasa
Dari keluarga, tetangga dan saudara
Mereka telah dimusnahkan oleh kematian
Menyisakan dirimu
Alangkah dekatnya yang sekarang dengan yang terdahulu

Ust Armen Halim Naro dalam Buku Bersemilah Ramadhan

Jumat, 22 Juni 2012

Bertaubatlah…

Syair ini pernah membuat Imam Ahmad -rohimahulloh- menangis:

إذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أمَا استحييتَ تَعصينِي … وتُخفي الذَّنبَ عن خَلْقي وبالعصيان تأتيني
Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku?!
Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dg kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”

فكيف أجيب يا ويحي ومن ذا سوف يحميني … أسلي النفس بالآمال من حين إلى حينِ
Maka bagaimana aku menjawabnya, dan siapa yg mampu melindungiku…
Aku terus menghibur diri dengan angan-angan (dunia) dari waktu ke waktu…

وأنسى ما وراء الموتِ ماذا بعدُ تكفيني … كأني قد ضمِنْتُ العيشَ ليس الموت يأتيني
Tp aku lalai dg perihal setelah kematian, tentang apa yang dapat mencukupiku setelah itu…
Sepertinya aku akan hidup terus, dan maut tidak akan menghampiriku…

وجاءت سكرة الموتِ الشديدةُ من سيَحْميني … نظرتُ إلى الوجوهِ أليسَ منهم من سيفديني
(Saat) sakaratulmaut yg dahsyat itu benar-benar datang… Siapakah yang mampu melindungiku…
Aku melihat wajah orang-orang… Tidakkah ada diantara mereka yang mau menebusku?!…

سأُسْأَل ما الذي قدَّمتُ في دنيايَ يُنجيني … فكيف إجابتي من بعدُ ما فرَّطتُ في ديني
Aku akan ditanya, tentang apa -yang kukerjakan di dunia ini- yang dapat menyelamatkanku…
Maka bagaimanakah jawabanku setelah aku lupakan agamaku…

ويا ويحي ألم أسمع كلام الله يدعوني … ألم أسمع بما قد جاء في قافٍ وياسينِ
Sungguh celaka aku… Tidakkah ku dengar firman Alloh  yang menyeruku?!
Tidakkah pula ku dengar ayat-ayat  yang ada di Surat Qoof dan Yasin itu?!

ألم أسمع بيوم الحشر يوم الجمع والديني … ألم أسمع منادي الموتِ يدعوني يناديني
Bukankah ku dengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkan, dan hari pembalasan?!
Bukankah ku dengar pula panggilan kematian yg terus melayangkan padaku panggilan dan seruan?!

فيَا ربَّاه عبدٌ تائبٌ من ذا سيأويني … سوى ربٍّ غفورٍ واسعٍ للحقِّ يهديني
Maka ya Robb… akulah hambamu yang bertaubat… Tidak ada yang dapat melindungiku,
Melainkan Robb yg maha pengampun, lagi maha luas karunianya… Dia-lah yg menunjukkan hidayah padaku

أتيتُ إليك فارحمني وثقِّل فِي موازينِي … وخفف في جزائي أنت أرجى من يُجازيني
Aku telah datang kepada-Mu… maka rahmatilah aku, dan beratkanlah timbanganku…
Ringankanlah hukumanku… Sungguh Engkaulah Yang paling kuharapkan pahalanya untukku…

http://addariny.wordpress.com/2012/01/03/bertaubatlah/#more-1832 

Jumat, 15 Juni 2012

Saudariku,,,yang Sedang dalam Masa Penantiannya..

saudariku...muslimah...

wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah… begitu berkilau... begitu menentramkan...

teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya....tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….

hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah...yang dapat memetiknya... yang dapat meraih pesonanya... dengan harga mahal yang teramat suci… sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…
 
karena itu…sebelum saatmu tiba….sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
 
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam…dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya…. Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta...

Ya…atas nama cinta…

Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….

Ya saudariku….ukhty fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…
segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya

Teringat akan sebuah syair oleh Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i
Engkau bermaksiat kepada Allah tapi mengaku cinta kepada-Nya
Demi Allah –secara akal- sungguh perkara ini sangat tercela
Jika cintamu itu jujur, niscaya engkau akan mentaati -Nya
Karena orang yang cinta, pasti akan mentaati siapa yang dicintainya

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul ‘Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin...

Atau jika memang dirimu telah siap, segeralah menawarkan dirimu padanya sebelum hatimu terenggut perlahan, jangan sampai pertahananmu terkoyak dengan berlama-lama menikmati angan-angan semu bersamanya
 
Akan tetapi jika kau tak berniat demikian, maka segeralah…
segeralah buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya….
Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….
jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu...
Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu...
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan...
Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita… Kalian sendiri…

Saudariku…. tentunya sudah mengerti dan paham...bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta...
jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu...
jika ia dekat...kita merasa sakit...karena takut kehilangan....

padahal...ia belum halal untukmu...dan mungkin TIDAK AKAN PERNAH MENJADI YANG HALAL...ingat itu Saudariku..
 
karena itu...jauhilah ia...
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu....dan kemudian mengusik hatimu... jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta...

maka...bayangkanlah keadaan ini...tentang suamimu kelak...

sahabatku... sukakah engkau..??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau..???

Sukakah engkau..??
Apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang mengintip facebook, twitter seorang wanita dalam kesendiriannya, yang mana wanita itu bukan engkau..???
sukakah engkau..?? bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab...tertawa riang...bercanda... saling menggoda... saling mencubit... saling memandang dengan sangat... saling menyentuh...??? dan bahkan lebih dari itu...??

sukakah engkau saudariku...??
sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau...??

sukakah engkau...??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya...??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana...apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu...??
tidak cemburukah...?? tidak cemburukah...?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh......???
tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan... bercengkrama.. bercerita tentang masa depannya... dengan gadis lain yang bukan engkau...???

sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut...?? menangis untuk gadis tersebut...??
dan berkata dengan hati hancur..."aku sangat mencintamu...aku sangat mencintaimu...???"
tidak patah hatikah engkau...???

sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain.."tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau...??"
menyebut gadis tersebut dalam doanya... memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya...
dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya...dan bukan gadis tersebut...???
jika engkau tidak suka akan hal itu... jika engkau merasa cemburu.... maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)...

dan...Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu.... Allah lebih cemburu...saudariku... melihat engkau sendirian...namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut....

Tahukah engkau akan suatu qaidah fiqhiyyah “man ista’jala syaian qabla awaanihi ‘uuqiba bi hirmaanihi
Bahwa barang siapa tergesa-gesa melakukan sesuatu (mereguk kenikmatan) sebelum waktunya, maka dia dihukum/ dibalas dengan tidak mendapatkannya
Jadikanlah itu sebagai pengingat wahai Saudariku..

saudariku....kalian percaya takdir bukan.?
saudariku....kalian percaya takdir bukan?

apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama...
telah tertulis siapa yang menjadi jodohnya dalam Kitab Lauhful Mahfudz maka...
sejauh apapun mereka...
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi...
sebesar apapun beda diantara mereka...
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya...

meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya...
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya...
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa...

PASTI!
PASTI tetap saja mereka akan bersatu....seakan ada magnet yang menarik mereka..
akan ada hal yang datang...untuk menyatukan mereka berdua....
akan ada suatu kejadian...yang membuat mereka saling mendekat...dan akhirnya bersatu...
Yakinlah itu Saudariku.. Yakinlah pada Allah..

namun... apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh...
maka... sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat...
sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya...
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua...
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya... sedekat apapun...

PASTI!
PASTI akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh...
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok...
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik....
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu...

bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan...

namun...yang perlu dicatat disini adalah...
yakinlah...bahwa yang diberikan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang digariskan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah...yang terbaik untuk kita....
adalah....yang paling sesuai untuk kita...
adalah...yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,

karena Dialah...yang paling mengerti kita...lebih dari kita sendiri...
Dialah...yang paling menyayangi kita...
Dialah...yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita... sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya...dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita...

dan....yang perlu kita catat juga adalah...

JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN...ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA....NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA...KITA PANTAS...KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT... KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK...SAUDARIKU.... LEBIH BAIK....

meskipun saat ini...mata manusia kita tidak memahaminya...
meskipun saat itu...perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata...
meskipun saat itu...otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk....

Tidak...jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk....bahwa engkau tidak pantas....
karena kelak...engkau akan menyadarinya...
engkau akan menyadarinya perlahan...bahwa apa yang telah hilang darimu....
bahwa apa yang tidak engkau dapatkan....bukanlah yang terbaik untukmu...bukanlah yang pantas untukmu...bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu....

karena itu...saudariku...
jangan mubazirkan perasaanmu...air matamu...
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses ta’aruf...
jangan kau umbar semua kekuranganmu...
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya...
jika engkau mencintainya... karena belum tentu dia adalah jodohmu... pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok... karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian...
Yakinlah itu..

maka...memohonlah padaNya... mintalah padanya diberikan petunjuk...dan dijauhkan dari segala godaan yang ada... karena...cinta sebelum pernikahan...pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat...

kemudian saudariku…. apakah kalian sering merasa takut…??
Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang banyak yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???

Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…

Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki

sama sekali tidak...
karena jika wanita yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya... karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati...
jadi...jagalah dirimu...hatimu...kehormatanmu...sebelum saatnya tiba...

perbanyak bekalmu...dan doamu... yakinlah...bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu... Aamien...

*Ya Allah...
karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh...
yang menjaga dirinya...
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya...
yang senantiasa memperbaiki dirinya...
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah...
yang baik agama dan akhlaknya...
yang hikmah dalam menyeru pada kebenaran...
yang menerima kami apa adanya...
yang membimbing kami dengan lemah lembut...
yang akan membawa kami menuju JannahMu Ya Rabb...

kabulkan ya Allah... amien... dan segerakanlah...karena hati kami teramat lemah...dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat...

Maka Saudariku, katakanlah..
Kutitipkan hatiku pada Dzat yang tidak pernah mengkhianati titipan..
Agar Dia memberikan hati ini kepada satu-satunya orang yang paling Ia ridhoi menjadi pelengkap tulang rusukku..
Dan dalam penantian ini, akan kusiapkan diri ini sebaik-baiknya, agar kelak kubisa memuliakan lelaki itu seutuhnya sebagai pengeranku selamanya..
Dan biarlah keputusan-Nya menjadi rahasia... hingga saatnya tiba...

Dicopas dari note Ummu Hannan dengan pengurangan dan penambahan dari beberapa sumber lainnya

Hadis riwayat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidak seorang pun yang lebih sabar mendengar sesuatu yang menyakitkan selain Allah, karena meskipun Allah disekutukan dan dianggap memiliki anak, tetapi Allah tetap memberikan kesehatan dan rezeki kepada mereka. (Shahih Muslim No.5016)

https://www.facebook.com/notes/takmiroh-ibnu-sina/saudarikuyang-sedang-dalam-masa-penantiannya-syair-dalam-film-at-kismis-2-/143427632459577

Selasa, 12 Juni 2012

Mendambakan Wanita Sholehah

 
Apa yang sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yang bakal menjadi pendamping hidupnya?. Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pada suami. Inilah keinginan yang banyak muncul. Sebuah keinginan yang lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yang memiliki sifat demikian.
Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.
Seorang muslim yang shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti. Dia juga mendamba memiliki istri yang pandai memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yang shalih yang menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.
Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya adalah wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Dia akan berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh guna menyiapkan generasi Islam yang diridhai Ar-Rahman.
Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai pendamping hidup adalah wanita yang tidak terdidik dalam agama1 dan tidak berpegang dengan agama, maka dia akan menjadi duri dalam daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga selalu sarat dengan keruwetan, keributan, dan perselisihan. Istri seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada di antara mereka yang berkata: “Aku telah berbuat baik kepadanya dan memenuhi semua haknya namun ia selalu menyakitiku.”
Duhai kiranya wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati suaminya….! Namun dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh dari pengajaran dan bimbingan agamanya yang haq? Wallahu Al-Musta‘an.

Rabu, 06 Juni 2012

BOCAH LUGU YANG MENGAGUMKAN...


Alhamdulillah, hanya ucapan itulah yang pantas terucap di setiap suasana dan kondisi. Tidak seperti biasanya, hari ini cuaca agak menghangatkan tubuh yang biasanya selalu menggigil karena memang suhu di Kota Al-Baahah ini pada siang harinya selalu berkisar antara 20-25 Derajat Celcius, tapi hari ini Thermometer di Masjid menunjukkan angka 29 Derajat Celcius, yang menambah keasyikan berlama-lama di sana.

Barusan sempat terBENGONG-BENGONG sesaat setelah seorang Bocah pergi meninggalkan Masjid dengan mengucapkan : “Allah Yajzakm kheyr Yaa Syekh” atau dalam Bahasa Arab Resminya yang biasa kita dengar “Jazaakumullahu Khairan Yaa Syaikh” (Semoga Allah Membalasmu dengan Kebaikan/Surga).

Bagaimana tidak BENGONG, ketika asyiiiiik membaca Al-Qur’an tiba-tiba bocah Saudi datang dengan keLUGUannya hanya minta dites HAFALAN AL-QUR’ANnya dari JUZ 28-30 atau tiga Juz terakhir dari Al-Qur’an, dengan nafas yang agak tersendat-sendat dia melantunkan Ayat-Ayat Ilahi yang disuruh untuk membacanya.

Setelah hampir setengah jam duduk bersamanya, ternyata HANYA 2 (dua) kali terdapat kesalahan dalam bacaanya,,,,

Anak sekecil itu di Usianya yang ke-4 (empat) tahun dapat menghafal SEPERSEPULUH dari Al-Qur’an dengan KUALITAS hafalan 98%, sedangkan yang mendengarkan hafalannya hanya hafal 1 (satu) Juz saja dari Al-Qur’an (JUZ AMMA) di saat usianya 18 (delapan belas) tahun. Sungguh sangat ketinggalan. MAASYA ALLAH… TABAARAKALLAH… Semoga Bocah ini tetap diberikan keistiqomahan dalam menjaga Kitab-Nya.. Amiieeen…

Dia adalah Mush’ab bin Ahmad Al-Zahraani bocah yang rumahnya hanya beberapa meter saja dari Masjid yang insya Allah di Tahun Ajaran baru ini akan duduk di Raudhatul Athfaal (Taman Kanak-kanak). Di sela-sela kesibukan harian Ibu & Bapak nya yang seorang Electrical Engineer, mereka mau meluangkan waktu untuk duduk besama bocah ini hanya satu jam setelah Shalat Subuh dan Maghrib. Patut diketahui kedua orang tua Mush'ab ini bukan lah orang punya basic keagamaan yang mumpuni dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang agamis, ayahnya pun cerita kalau dia dan istri sama-sama banyak berinteraksi dengan Al-Qur'an setelah mereka menikah, keduanya pun bukanlah Hafizh (penghafal) Al-Qur'an.

Itulah anugerah yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya yang Ia kehendaki,,,,

HAYYO ORANG TUA MANA LAGI YANG MAU ANAKNYA SEPERTI MUSH’AB TADI….????

Ndak susah koq cuman dibutuhkan KESABARAN, KEISTIQOMAHAN, DO’A dan pandai-pandai aja mengatur waktu beraktivitas sang anak…

KALAU TIDAK DIMULAI SAAT INI….. KAPAN LAGI…?????

Yaa Allah, jadikanlah kami tergolong Ahlil Qur'an Yang Mempunyai Kekhususan di Hadapan-Mu...

*Al-Baahah KSA, Kamis 11 Ramadhan 1432 H

oleh Abu Nawwaf Afifiy
https://www.facebook.com/notes/abu-nawwaf-afifiy/bocah-lugu-yang-mengagumkan/150170101731747

Sabtu, 02 Juni 2012

Carilah Hatimu






Nasehat Ibnul Qayyim al-Jauziyyah:

CARILAH HATIMU DI TIGA TEMPAT :

اُطْلُبْ قَلْبَكَ فِيْ ثَلاَثِ مَوَاطِنَ:

عِنْدَ سَمَاعِ اْلقُرْآنِ، وَفِيْ مَجَالِسِ الذِّكْرِ، وَفِيْ أَوْقَاتِ اْلخُلْوَةِ

فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِيْ هَذِهِ اْلمَوَاطِنَ

فَسَلِ اللهَ أَنْ يَمُنَّ عَلَيْكَ بِقَلْبٍ، فَإِنَّهُ لاَ قَلْبَ لَكَ

1. Pada saat mendengarkan Al-Qur’an
2. Di majelis dzikir (ba’da shalat, menuntut ilmu syar’i dan lain-lain)
3. Ketika sedang menyendiri

Jika kamu tidak mendapatkannya di tiga tempat itu, maka memohonlah kepada Allah agar memberimu hati, karena sesungguhnya kamu tidak mempunyai hati.

*Shalatlah Sebelum Dishalatkan*


Tidak peduli dimanakan kita berada,jangan pernah meninggalkan shalat...

----------

Penjelasan Tentang Wajibnya Shalat Dalam Berbagai Keadaan

Shalat Adalah Ibadah Para Nabi

Sesungguhnya ibadah shalat bukanlah dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, bahkan juga disyari’atkan kepada para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Mereka pun memerintahkan kepada umat-umat mereka untuk mengerjakan shalat. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

“Isma’il adalah seorang nabi dan rasul, dan ia menyuruh ahlinya (yakni umatnya) untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat.” (Maryam: 54-55)

“Dan Aku telah memilih kamu (Musa), maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu! Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingatku.” (Thaaha: 13-14)

Namun kaifiyyah (tata cara) pelaksanaan shalat mereka itu berbeda-beda sesuai dengan syariat masing-masing dari para nabi dan rasul.

Kedudukan Shalat Dalam Islam

Shalat dalam agama Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi, hal ini bisa disimpulkan bila kita mencermati nash-nash Al Qur’an maupun As Sunnah. Di antaranya sebagai berikut:

1. Mendirikan shalat adalah tanda sebenar-benarnya orang mu’min. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama “Allah” gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan kepada Rabb-Nya mereka bertawakkal. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizqi yang Kami berikan kepada mereka.” (Al Anfal: 2-3)

2. Shalat merupakan Rukun Islam yang ke dua.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله،

وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ

“Islam dibangun di atas lima (rukun): Syahadat Laa Ilaaha Illallahu Muhammadur-Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan berhaji ke Baitullah (Makkah).”
(Muttafaqun ‘Alaihi)

3. Shalat merupakan tiang agama.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذَرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ

“Kepala dari seluruh perkara (agama) adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.”
(HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh As Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 2/138)

4. Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dan sebagai tolok ukur dari seluruh amal ibadah yang lainnya.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

“Pertama kali yang dihisab pada hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya, dan jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalannya.”
(HR. Thabrani, Ash Shahihah 3/346 karya Asy Syaikh Al Albani)

5. Turunnya perintah shalat tanpa melalui perantara Malaikat Jibril, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri menerima langsung dari Allah subhanahu wata'ala di atas langit yang ke tujuh.

Shalat Perintah Agung Dari Allah subhanahu wata'ala

Allah subhanahu wata'ala menyebutkan secara tegas di dalam Al Qur’an tentang kewajiban shalat. Diantaranya firman Allah subhanahu wata'ala :

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (Al Baqarah: 43)

“Padahal mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5)


*Ramadhan Sebentar Lagi*

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian puasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 183)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Melalui ayat ini, Allah ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman. Allah memerintahkan mereka untuk berpuasa, yaitu menahan diri dari menikmati makanan, minuman, dan hubungan badan, dengan niat yang ikhlas untuk Allah ‘azza wa jalla. Sebab, di dalam ibadah puasa itu terkandung penyucian jiwa, pembersihan dan penjernihannya dari segala kotoran dosa dan akhlak yang rendah. Allah menyebutkan bahwa Allah mewajibkan puasa kepada mereka sebagaimana Allah juga mewajibkannya kepada orang-orang sebelum mereka. Sehingga mereka memiliki teladan dalam hal itu. Oleh sebab itu hendaknya mereka bersungguh-sungguh dalam menunaikan kewajiban ini lebih sempurna daripada yang telah dilakukan oleh orang-orang sebelum mereka.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/277] cet. Maktabah at-Taufiqiyah)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,

“Di dalam ayat “Sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian.” terkandung beberapa faidah. Pertama: pentingnya puasa, dimana Allah ‘azza wa jalla juga mewajibkannya kepada umat-umat sebelum kita. Hal ini menunjukkan kecintaan Allah ‘azza wa jalla terhadapnya, dan bahwasanya ibadah ini wajib bagi setiap umat. Kedua: meringankan beban umat ini, dimana mereka tidak sendirian dalam pembebanan ibadah puasa ini yang terkadang bisa menimbulkan kesulitan bagi jiwa (perasaan) dan badan. Ketiga: isyarat yang menunjukkan bahwasanya Allah ta’ala telah menyempurnakan agama bagi umat ini tatkala Allah sempurnakan untuk mereka berbagai keutamaan yang pernah ada pada umat-umat sebelum mereka.” (lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 52)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,

“Sesungguhnya puasa merupakan salah satu sebab paling utama untuk meraih ketakwaan. Karena di dalamnya terkandung penunaian perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, kandungan takwa yang terdapat di dalam ibadah ini adalah: seorang yang berpuasa meninggalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah kepadanya yaitu makan, minum, jima’, dan lain sebagainya yang hawa nafsunya cenderung kepadanya. Dia melakukan hal itu demi mendekatkan diri kepada Allah. Dia mengharapkan pahala dari-Nya tatkala meninggalkan itu semua. Maka ini adalah termasuk bentuk ketakwaan.

Selain itu, kandungan takwa yang terdapat di dalam ibadah ini adalah: seorang yang berpuasa menggembleng dirinya untuk merasa senantiasa diawasi oleh Allah ta’ala, sehingga dia akan meninggalkan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya walaupun sebenarnya dia mampu untuk melakukannya karena dia mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang dilakukannya. Selain itu, dengan puasa akan menyempitkan jalan-jalan setan, karena sesungguhnya setan itu mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana peredaran darah. Dengan puasa niscaya akan melemah kekuatannya dan mempersedikit kemaksiatan yang mungkin terjadi. Selain itu, orang yang berpuasa biasanya lebih banyak berbuat ketaatan, sedangkan ketaatan merupakan bagian dari ketakwaan. Selain itu, orang yang kaya apabila merasakan susahnya rasa lapar niscaya hal itu akan membuatnya peduli dan memiliki empati dengan orang-orang miskin papa, dan ini pun termasuk bagian dari ketakwaan.”
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 86)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,

“Puasa Ramadhan adalah suatu bentuk ibadah (penghambaan) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan meninggalkan makan, minum, dan jima’ (hubungan suami-istri) sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Inilah hakikat puasa, yaitu seseorang beribadah kepada Allah dengan meninggalkan perkara-perkara ini, bukan meninggalkannya hanya sebagai sebuah kebiasaan atau karena ingin menjaga kesehatan badan. Akan tetapi dia beribadah dengannya kepada Allah. Dia menahan dari menikmati makanan, minuman, dan berhubungan, demikian pula seluruh pembatal lainnya, dari sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, dari sejak terlihatnya hilal Ramadhan hingga tampak hilal Syawwal.” (lihat Syarh Riyadhus Shalihin [3/380] cet. Dar al-Bashirah)

Imam Abu Ishaq asy-Syairazi rahimahullah berkata,

“Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan salah satu kewajiban agama yang harus ditunaikan. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara; syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah, mendirikan sholat, membayarkan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).” (lihat al-Muhadzdzab fi Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i [1/324])

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah radhiyallahu’anhu, beliau menuturkan:

Ada seorang arab badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan rambut yang acak-acakan. Dia berkata, “Wahai Rasulullah! Kabarkan kepadaku sholat apa yang diwajibkan kepadaku?”. Beliau menjawab, “Sholat lima waktu, kecuali kalau kamu mau menambah sholat sunnah.” Lalu dia berkata, “Kabarkan kepadaku puasa apa yang diwajibkan kepadaku?”. Beliau menjawab, “Puasa di bulan Ramadhan, kecuali kamu mau menambah puasa sunnah.” (HR. Bukhari dalam Kitab ash-Shaum [1891] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [11])

Syaikh Abdullah al-Bassam rahimahullah berkata,

“Hadits-hadits yang menunjukkan kewajiban puasa cukup banyak. Kaum muslimin pun telah sepakat bahwa barangsiapa yang mengingkari kewajibannya maka dia kafir.” (lihat Taudhih al-Ahkam [3/439])

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Tatkala mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang disenangi dan diinginkan termasuk perkara yang paling berat dan sulit, maka kewajibannya pun diakhirkan hingga pertengahan masa Islam yaitu setelah hijrah; yaitu pada saat hawa nafsu mereka telah terdidik dengan tauhid dan sholat serta terbiasa dengan perintah-perintah al-Qur’an. Maka sesudah itu baru beralih kepada diwajibkannya puasa secara bertahap. Puasa baru diwajibkan pada tahun kedua setelah hijrah. Tatkala wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjalani sembilan kali puasa Ramadhan.

Pada awalnya, puasa diwajibkan dengan disertai pilihan; antara berpuasa atau memberikan makan kepada satu orang miskin sebagai ganti satu hari tidak puasa. Kemudian berpindah dari keadaan boleh memilih ini kepada diwajibkannya puasa. Pada saat itulah ditetapkan bahwa memberikan makan berlaku untuk kakek-nenek yang sudah tua renta apabila mereka tidak kuat berpuasa. Mereka boleh tidak puasa, dan sebagai gantinya mereka harus memberikan makan kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian pula, Allah berikan keringanan bagi orang yang sakit dan musafir untuk tidak berpuasa dan meng-qodho’/mengganti di waktu yang lain. Ketentuan serupa juga berlaku bagi wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan kondisi tubuhnya.
Namun, apabila mereka khawatir akan kondisi bayinya maka selain meng-qodho’ mereka juga harus memberikan makan kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Mereka itu berbuka bukan karena khawatir sakit, karena pada saat itu mereka dalam keadaan sehat-sehat saja. Maka sebagai penggantinya mereka harus memberikan makan kepada orang miskin sebagaimana hukum orang sehat yang memilih tidak puasa di masa awal Islam.

Sehingga ada tiga tahapan diwajibkannya puasa:

Pertama, diwajibkannya puasa dengan disertai pilihan lain (antara puasa atau memberikan makan, pent).

Kedua: diwajibkannya puasa saja; akan tetapi ketika itu orang yang berpuasa dan tertidur sebelum berbuka maka dia tidak boleh makan dan minum hingga datang malam berikutnya.

Kemudian hukum ini dihapus dengan tahapan ketiga, yaitu sebagaimana yang sudah menjadi aturan baku dalam syari’at dan berlaku hingga hari kiamat.”
(lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [1/331])

Sumber : http://abumushlih.com/kewajiban-puasa-ramadhan.html/