Hari ini manusia mengejar keuntungan dunia, seolah tujuan penciptaan
mereka untuk bersaing mendapatkan dan mengumpulkannya. Mereka melupakan
suatu hari ketika kembali kepada Allah.
Kesadaran penuh akan datangnya kematian, dan sikap yang benar dalam menyambutnya dengan mengisi amal shalih adalah kunci kebahagiaan hidup di akhirat, sebuah negeri yang tak pernah mati. Tetapi kita memang mengherankan. Membangun kehidupan dunia, padahal akan kita tinggalkan; merobohkan bangunan akhirat, padahal di situ kita akan tinggal selamanya.
Segalanya kita kerahkan untuk meraup sekeping kenikmatan dunia yang tak lebih dari sekedar air yang menetes dari jari yang baru saja diangkat dari samudra, bila dibandingkan samudra itu sendiri. Padahal, dunia adalah fata morgana. Di bawah bayang-bayang fatamorgana itulah, kita semua bernaung menanti ditiupnya peluit kematian.
Maka mulai sekarang, tentukan nasib kita setelah kematian; apakah ajal kita menjadi proses membahagiakan bernama khusnul khatimah ataukah memilukan sekaligus mengerikan bernama su'ul khatimah.
Kesadaran penuh akan datangnya kematian, dan sikap yang benar dalam menyambutnya dengan mengisi amal shalih adalah kunci kebahagiaan hidup di akhirat, sebuah negeri yang tak pernah mati. Tetapi kita memang mengherankan. Membangun kehidupan dunia, padahal akan kita tinggalkan; merobohkan bangunan akhirat, padahal di situ kita akan tinggal selamanya.
Segalanya kita kerahkan untuk meraup sekeping kenikmatan dunia yang tak lebih dari sekedar air yang menetes dari jari yang baru saja diangkat dari samudra, bila dibandingkan samudra itu sendiri. Padahal, dunia adalah fata morgana. Di bawah bayang-bayang fatamorgana itulah, kita semua bernaung menanti ditiupnya peluit kematian.
Maka mulai sekarang, tentukan nasib kita setelah kematian; apakah ajal kita menjadi proses membahagiakan bernama khusnul khatimah ataukah memilukan sekaligus mengerikan bernama su'ul khatimah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar