Page

Jumat, 18 Januari 2013

Menjauhi Loyalitas yang Tercela

Nasihat Hari Ini
dari FP Untaian Hikmah

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

“Tidaklah boleh bagi para guru untuk membuat manusia berkelompok-kelompok dan berbuat apa-apa yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian, ...
[Majmu’ Fatawa 28/15-16]

Syaikh Al-Albany rahimahullah (salah seorang ulama ahlulhadits) menasihatkan :

“Tidaklah luput dari setiap muslim yang mengetahui Al-Kitab dan As-Sunnah serta apa-apa yang para salaf yang shalih radhiyallahu ‘anhum berada di atasnya bahwa hizbiyah dan pengelompokan pada jama’ah-jama’ah yang mereka beraneka ragam pemikirannya, kemudian beraneka ragam manhaj dan uslubnya adalah sama sekali bukan dari Islam, bahkan hal tersebut termasuk perkara yang dilarang oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla dalam banyak ayat dari Al-Qur’an Al-Karim. [Fatawa Syaikh Al-Albany hal.106]

DR. Shalih bin Fauzan Al Fauzan menasehati,

“Kita perhatikan bahwa jamaah-jamaah dakwah yang menisbatkan kepada kepentingan dakwah memiliki khittah dan manhaj yang berbeda-beda. Khittah suatu jamaah tidak dimiliki jamaah lainnya. Ini merupakan satu indikasi bahwa manhaj jamaah tersebut bertentangan dengan manhaj para Rasul, sebab manhaj para Rasul itu hanya satu, tidak terbagi-bagi, tidak bermacam-macam, dan tidak pula ada ikhtilaf

Maka jika benar jamaah dakwah itu mengikuti manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mengikuti jalan yang satu ini pasti mereka tidak saling ikhtilaf. Adanya ikhtilaf dikarenakan bertentangan dengan jalan ini. Allah subhanallahu wa ta'ala berfirman :

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَ‌ٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS. Al An’am : 153)

Adapun jama'ah-jama'ah yang bertentangan dan bermacam-macam bentuknya tersebut justru membahayakan bagi Islam itu sendiri, sehingga kita layak untuk menolak masuk ke dalamnya, berlepas darinya, dan tidak menggolongkannya ke dalam jamaah dakwah Islam, sebab telah jelas bahwa (manhaj dakwah) mereka bukan dari Islam, tak memiliki kesesuaian dengan manhaj Islam, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan, tak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. (QS. Al An’am : 159)

Telah menjadi keyakinan yang pasti, Islam selalu menyeru kepada persatuan di atas kebenaran, sebagaimana firman-Nya :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Dan hendaklah kalian semuanya berpegang teguh kepada tali (Dien) Allah dan janganlah kamu (sekali-kali) bercerai-berai. (QS. Ali imran : 103)

Dengan memperhatikan keadaan jamaah dakwah yang sedemikian memprihatinkan itu, maka wajib bagi bangkitnya jamaah ulama untuk menjelaskan manhaj jamaah yang benar, sebagaimana manhaj para Nabi dalam dakwah kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, serta menyingkap pergeseran dan penyimpangan dari manhaj tersebut yang kini dialami oleh sejumlah jamaah dakwah. Dengan demikian diharapkan jamaah-jamaah itu dengan penuh kesadaran dapat melakukan koreksi sampai kebenaran ditemukan dan dipegang teguh. …”
(Kutipan dari kata pengantar DR. Shalih Al Fauzan untuk buku DR. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali, Minhaj Al-Nabiyaa' fi da'wah ilallah fiihil hikmah wal aql)

Berkata Syaikh Abu Ubaidah Masyhurah bin Hasan Salman

"... Terakhir adalah hakikat hizbiyyah, al-wala (loyaliitas) dan al-baro', sikap cinta ataupun benci haruslah berdasarkan agama. Kita dituntut untuk mencintai seseorang, membencinya wala maupun bara' atasnya haruslah karena agama (bukan karena keanggotaan ormas atau kelompok,-ed). Pernah terjadi antara seorang Muhajirin dengan seorang Anshar bertengkar, sehingga keduanya berteriak minta bantuan kepada kaumnya masing-masing" Wahai Anshar, Wahai Muhajirin!!". Seketika Rasulullah datang menghampiri mereka dan bersabda : "Kenapa kalian masih menyerukan fanatisme kejahiliyyah sementara aku ada ditengah-tengah kalian".

Hakikat Hizbiyyah yakni al-wala' dan al-baro' serta berkelompok yang mereka lakukan bukan berlandaskan syariat. Agama kita sebenaranya sangat lengkap dan sangat munazzam (teratur rapi) kita diatur melaksanakan ibadah haji dalam satu waktu dan satu tempat, shalat berjamaah ditempat yang ditentukan, berpuasa pada waktu yang sama, segala sesuatu diatur lengkap dalam agama kita. Barang siapa yang tidak rela dengan agama ini semoga dijauhkan Allah. Cukuplah bagi kita untuk berkumpul dibawah satu panji, melaksanakan ketaatan dan ibadah. Inilah yang dapat kusampaikan."

[Seri Soal Jawab Dauroh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002. Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan , Lc]

Allah Taála berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat." (QS. Al An'aam 159)

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Tiap-tiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka (QS. Ar-Rum 32)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar