Page

Kamis, 24 Januari 2013

Senandung Imam asy Syafi’i Rahimahullah

# Senandung Imam asy Syafi’i Rahimahullah Menjelang Kematian #

Al Mazini bercerita:

Aku menemui Imam asy Syafi’i rahimahullah saat ia sakit menjelang kematiannya.

Aku bertanya, ”Bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab, ”Aku akan meninggalkan dunia, berpisah dengan saudara-saudaraku, meneguk gelas kematian, berjumpa dengan buruknya amal, dan kembali kepada Allah. Aku tidak tahu apakah ruhku akan kembali ke surga sehingga layak kuberi ucapan selamat ataukah ke neraka sehingga aku pantas berbelasungkawa kepadanya.”

Ia lalu menangis dan bersenandung:

Saat hatiku sesat dan jalanku sempit hany asa pada ampunanMulah tanggaku

Dosaku tampak demikian besar namun AmpunanMu, ya Allah, jauh lebih besar

Engkau senantiasa mengampuni dosa serta berbaik hati dan memberi maghfirah serta anugerah

Andai bukan karenaMu, tidak seorangpun hamba selamat dari Iblis

Bagaimana tidak, hamba pilihanmu, Adam, pernah disesatkannya.

[Gubahan Imam Syafi’i dalam Diwan, h.78. Lihat Shifatush Shafwah II, h.258]

Sumber: Bahr al-Dumu’, Ibnul Jauzi, versi terjemahan ’Air Mata Cinta Pembersih Dosa’, Penerbit Serambi. 
http://kisahislam.net/2013/01/23/nasehat-senandung-imam-asy-syafii-menjelang-kematian/

Jumat, 18 Januari 2013

Muhasabah #1

Entah mengapa dengan tulisan ini, tak sengaja sy baca tulisan ini di salah satu FB orang lain, kemudian sy share di FB sy... Subhanallah sederhana namun mengena,,, duhai ikhwah fillah yang di Rahmati Allah renungkan baik-baik kata-kata ini...


"Apakah kita belajar dien (agama) untuk memperkeras hati kita ???"

--
(Ustadz Armen Halim Naro rahimahullah)

Menjauhi Loyalitas yang Tercela

Nasihat Hari Ini
dari FP Untaian Hikmah

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

“Tidaklah boleh bagi para guru untuk membuat manusia berkelompok-kelompok dan berbuat apa-apa yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian, ...
[Majmu’ Fatawa 28/15-16]

Syaikh Al-Albany rahimahullah (salah seorang ulama ahlulhadits) menasihatkan :

“Tidaklah luput dari setiap muslim yang mengetahui Al-Kitab dan As-Sunnah serta apa-apa yang para salaf yang shalih radhiyallahu ‘anhum berada di atasnya bahwa hizbiyah dan pengelompokan pada jama’ah-jama’ah yang mereka beraneka ragam pemikirannya, kemudian beraneka ragam manhaj dan uslubnya adalah sama sekali bukan dari Islam, bahkan hal tersebut termasuk perkara yang dilarang oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla dalam banyak ayat dari Al-Qur’an Al-Karim. [Fatawa Syaikh Al-Albany hal.106]

DR. Shalih bin Fauzan Al Fauzan menasehati,

“Kita perhatikan bahwa jamaah-jamaah dakwah yang menisbatkan kepada kepentingan dakwah memiliki khittah dan manhaj yang berbeda-beda. Khittah suatu jamaah tidak dimiliki jamaah lainnya. Ini merupakan satu indikasi bahwa manhaj jamaah tersebut bertentangan dengan manhaj para Rasul, sebab manhaj para Rasul itu hanya satu, tidak terbagi-bagi, tidak bermacam-macam, dan tidak pula ada ikhtilaf

Maka jika benar jamaah dakwah itu mengikuti manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mengikuti jalan yang satu ini pasti mereka tidak saling ikhtilaf. Adanya ikhtilaf dikarenakan bertentangan dengan jalan ini. Allah subhanallahu wa ta'ala berfirman :

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَ‌ٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS. Al An’am : 153)

Adapun jama'ah-jama'ah yang bertentangan dan bermacam-macam bentuknya tersebut justru membahayakan bagi Islam itu sendiri, sehingga kita layak untuk menolak masuk ke dalamnya, berlepas darinya, dan tidak menggolongkannya ke dalam jamaah dakwah Islam, sebab telah jelas bahwa (manhaj dakwah) mereka bukan dari Islam, tak memiliki kesesuaian dengan manhaj Islam, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan, tak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. (QS. Al An’am : 159)

Telah menjadi keyakinan yang pasti, Islam selalu menyeru kepada persatuan di atas kebenaran, sebagaimana firman-Nya :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Dan hendaklah kalian semuanya berpegang teguh kepada tali (Dien) Allah dan janganlah kamu (sekali-kali) bercerai-berai. (QS. Ali imran : 103)

Dengan memperhatikan keadaan jamaah dakwah yang sedemikian memprihatinkan itu, maka wajib bagi bangkitnya jamaah ulama untuk menjelaskan manhaj jamaah yang benar, sebagaimana manhaj para Nabi dalam dakwah kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, serta menyingkap pergeseran dan penyimpangan dari manhaj tersebut yang kini dialami oleh sejumlah jamaah dakwah. Dengan demikian diharapkan jamaah-jamaah itu dengan penuh kesadaran dapat melakukan koreksi sampai kebenaran ditemukan dan dipegang teguh. …”
(Kutipan dari kata pengantar DR. Shalih Al Fauzan untuk buku DR. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali, Minhaj Al-Nabiyaa' fi da'wah ilallah fiihil hikmah wal aql)

Berkata Syaikh Abu Ubaidah Masyhurah bin Hasan Salman

"... Terakhir adalah hakikat hizbiyyah, al-wala (loyaliitas) dan al-baro', sikap cinta ataupun benci haruslah berdasarkan agama. Kita dituntut untuk mencintai seseorang, membencinya wala maupun bara' atasnya haruslah karena agama (bukan karena keanggotaan ormas atau kelompok,-ed). Pernah terjadi antara seorang Muhajirin dengan seorang Anshar bertengkar, sehingga keduanya berteriak minta bantuan kepada kaumnya masing-masing" Wahai Anshar, Wahai Muhajirin!!". Seketika Rasulullah datang menghampiri mereka dan bersabda : "Kenapa kalian masih menyerukan fanatisme kejahiliyyah sementara aku ada ditengah-tengah kalian".

Hakikat Hizbiyyah yakni al-wala' dan al-baro' serta berkelompok yang mereka lakukan bukan berlandaskan syariat. Agama kita sebenaranya sangat lengkap dan sangat munazzam (teratur rapi) kita diatur melaksanakan ibadah haji dalam satu waktu dan satu tempat, shalat berjamaah ditempat yang ditentukan, berpuasa pada waktu yang sama, segala sesuatu diatur lengkap dalam agama kita. Barang siapa yang tidak rela dengan agama ini semoga dijauhkan Allah. Cukuplah bagi kita untuk berkumpul dibawah satu panji, melaksanakan ketaatan dan ibadah. Inilah yang dapat kusampaikan."

[Seri Soal Jawab Dauroh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002. Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan , Lc]

Allah Taála berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat." (QS. Al An'aam 159)

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Tiap-tiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka (QS. Ar-Rum 32)

Rabu, 02 Januari 2013

JANGAN PERNAH SALAH MENCINTAI !!!


Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh pernah berkata –dengan penuh tawadhu-
أُحِبُّ الصَّالحين وَ لَسْتُ مِنْهُمْ *** لَعَلِّيَ أََنْ أَنَالَ بِهِمْ شَفَاعَهْ
Aku mencintai orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka
Aku berharap, dengan mencintai mereka aku nanti mendapatkan syafaat
وَأَكْرَهُ مَنْ تِجَارَتُهُ الْمَعَاصِي *** وَلَوْ كُنَّا سَوَاءً فِي الْبِضَاعَهْ
Dan aku membenci orang yang maksiat adalah dagangannya
Meski dagangan kami sama…

Anas Bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:
فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيٍّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ، فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ مَعَهُمْ بِِحُبِّيْ إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
"Kami tidak pernah gembira karena sesuatu apapun sebagaimana kegembiraan kami karena mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Engkau bersama yang engkau cintai”. Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap aku (kelak dikumpulkan) bersama mereka meskipun aku tidak beramal sebagaimana amalan sholeh mereka" (HR Al-Bukhari no 3688 dan Muslim 4/2032).

Siapa tahu karena kecintaan yang tulus maka kita akan dikumpulkan bersama Abu Bakar di surga…, bahkan dikumpulkan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…
KARENANYA…cintailah orang-orang sholeh.... Tirulah gaya hidup mereka…patuhilah petuah-petuah mereka…yaitu orang-orang yang jika kita mengingat mereka… maka kita akan mengingat akhirat…

http://www.firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/331-jangan-pernah-salah-mencintai

BANYAKLAH MEMBACA AL-QU'RAN



Tatkala Ad-Dhiyaa' al-Maqdisi akan bersafar untuk menuntut ilmu hadits maka Ibrahim bin Abdil Wahid Al-Maqdisi berwashiat kepadanya seraya berkata :
أَكْثِرْ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَلاَ تَتْرُكْهُ فَإِنَّهُ يَتَيَّسَرُ لَكَ الَّذِي تَطْلُبُهُ عَلَى قَدْرِ مَا تَقْرَأُ
"Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan jangan kau tinggalkan Al-Qur'an. Karena akan dipermudah bagimu
apa yang kau cari sesuai dengan kadar bacaannmu"
Ad-Dliyaa' Al-Maqdisi berkata,

فَرَأَيْتُ ذَلِكَ وَجَرَّبْتُهُ كَثِيْراً، فَكُنْتُ إِذَا قَرَأْتُ كَثِيْراً تَيَسَّرَ لِي مِنْ سَمَاعِ الْحَدِيْثِ وَكِتَابَتِهِ الْكَثِيْرِ، وَإِذَا لَمْ أَقْرَأْ لَمْ يَتَيَّسَرْ لِي
"Maka akupun melihat hal itu dan sudah sering aku mencobanya. Jika aku banyak membaca Al-Qur'an maka dimudahkan bagiku untuk mendengar dan mencatat banyak hadits. Namun jika aku tidak membaca Al-Qur'an maka tidak dimudahkan bagiku" (Dzail Tobaqoot Al-Hanaabilah karya Ibnu Rojab Al-Hanbali 3/205)
Ya Allah jadikanlah kami para pecinta Al-Qur'an yang berisi firman-firmanMu…yang membacanya siang dan tengah malam…
Janganlah jadikan kami orang-orang yang lalai membacanya hanya karena secercah dunia…yang merasa dirinya sibuk…merasa waktunya kurang... tidak sempat untuk membaca Al-Qur'an…akan tetapi selalu saja sempat untuk internetan dan bersenda gurau…

Ust Firanda