Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu berkata: "Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lain (=ketaatan-ketaatan lain) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan maksiat kepada Allah, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudara (=maksiat-maksiat lain) baginya, karena sesungguhnya sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya (=ketaatan lainnya) dan sebuah maksiat menunjukkan kepada saudaranya (=maksiat lainnya),
Allah berifrman:
(فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)
Artinya: "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa". "Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)". "Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah". "Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup". "Serta mendustakan pahala yang terbaik". "Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar". QS. Al Lail: 5-10. Lihat kitab Al Mafshal fi fiqh Ad Da'wat Ila Allah, 3/79.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
وقال بعض السلف: من ثواب الحسنة الحسنة بعدها، ومن جزاء السيئة السيئةُ بعدها
Artinya: "Sebagian ulama salaf (terdahulu dari generasi shahabat, tabi'ien dan tabi'ut tabi'ien) berkata: "Termasuk dari ganjaran sebuah kebaikan adalah (mengerjakan) sebuah kebaikan setelahnya, dan termasuk dari balasan kesalahan/dosa adalah (mengerjakan) kesalahan/dosa setelahnya."
والآيات في هذا المعنى كثيرة دالة على أن الله، عز وجل، يُجازي من قصد الخير بالتوفيق له، ومن قصد الشر بالخذلان.
Artinya: "Dan ayat-ayat di dalam makna ini sangat banyak, yang menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla, memberikan ganjaran kepada siapa yang bermaksud melakukan kebaikan yaitu dengan memberikan taufik kepadanya dan kepada siapa yang bermaksud dengan mengerjakan keburukan yaitu dengan kehinaan". Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, karya Ibnu Katsir rahimahullah.
Ingin contohnya…
Perhatikan perkataan Syaikhul Islam rahimahullah berikut ini:
و " الْمَعَازِفُ " هِيَ خَمْرُ النُّفُوسِ تَفْعَلُ بِالنُّفُوسِ أَعْظَمَ مِمَّا تَفْعَلُ حُمَيَّا الْكُؤُوسِ فَإِذَا سَكِرُوا بِالْأَصْوَاتِ حَلَّ فِيهِمْ الشِّرْكُ وَمَالُوا إلَى الْفَوَاحِشِ وَإِلَى الظُّلْمِ فَيُشْرِكُونَ وَيَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ وَيَزْنُونَ . وَهَذِهِ " الثَّلَاثَةُ " مَوْجُودَةٌ كَثِيرًا فِي أَهْلِ " سَمَاعِ الْمَعَازِفِ " : سَمَاعِ الْمُكَاءِ وَالتَّصْدِيَةِ أَمَّا " الشِّرْكُ " فَغَالِبٌ عَلَيْهِمْ بِأَنْ يُحِبُّوا شَيْخَهُمْ أَوْ غَيْرَهُ مِثْلَ مَا يُحِبُّونَ اللَّهَ.
Artinya: "Dan Al Ma'azif (alat-alat yang mengeluarkan musik atau musik itu sendiri, lihat kitab Fath Al Bari, karya Ibnu Hajar dan Majmu' Fatawa syeikhul Islam-pent) adalah pemabuknya jiwa, dia berbuat kepada jiwa lebih dahsyat daripada apa yang diperbuat oleh cangkir-cangkir panas (khamr), jika mereka telah mabuk dengan suara-suara (nyanyian) maka akan masuk ke dalam diri mereka kesyirikan dan condong kepada perbuatan-perbuatan fahisyah (zina dan segala yang mendekatkannya-pent) dan kepada perbuatan zhalim, maka akhirnya mereka melakukan kesyirikan, membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah serta berzina. Dan tiga perkara ini banyak terdapat pada orang-orang yang suka mendengar musik; mendengarkan siulan dan tepuk tangan, adapun perihal kesyirikan maka banyak terdapat pada mereka yaitu dengan mencintai syeikh mereka atau selainnya seperti mereka mencintai Allah Ta'ala. Lihat Majmu' Fatwa, 10/417.
Coba perhatikan…
Pertama mendengarkan musik, kemudian menyebabkan…
Kedua melakukan kesyirikan, kemudian menyebabkan…
Ketiga membunuh jiwa yang diharamkan untuk dibunuh, terakhir menyebabkan kepada…
Keempat berzina.
Makanya… awas… maksiat ngajak teman-temannya yang lain. Wallahu 'alam
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Amin.
*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Kamis, 19 Rabi'uts Tsani 1432 H, Dammam KSA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar